Selasa, 15 Mei 2012

Penyebab Impotensi dan cara mengatasinya


Penyebab Impotensi

Di tengah derasnya kemajuan teknologi membuat banyak orang saling berlomba menjadi yang paling hebat. Kesibukan membuat mereka tidak lagi meluangkan waktu untuk memperhatikan kesehatan. Akhirnya, mereka terpuruk pada kondisi tubuh yang melemah dan tak berdaya.
Bagi mereka yang berkeluarga ketidakstabilan vitalitas tubuh ini turut berpengaruh pada mobilitas dan kegairahan anda terutama kaum pria. Betapa dahsyatnya pengaruh dari ketidakstabilan tadi, hingga turut mempengaruhi segala gerak langkah dan aktifitas anda (dalam hal ini pria). Termasuk hal yang paling esensial dalam kehidupan rumah tangga yaitu seks.
Tidak salah lagi, masalah yang menjadi momok bagi sebagian pria itu adalah impotensi. Kebanyakan dari pengalaman kasus yang pernah terjadi, mereka yang menderita impotensi mendadak menjadi orang yang pendiam, rendah diri dan seakan jadi orang yang tak berguna. Impotensi ditilik dari segi medisnya adalah istilah yang ditujukan untuk kondisi pria yang mengalami kesulitan ereksi atau mempertahankan ereksinya cukup lama pada saat ‘bercinta’.
Pada kenyataanya masyarakat kita terlalu banyak dijejali dengan mitos-mitos yang tidak benar tentang impotensi. Sehingga kebanyakan diantara mereka akan langsung berpikiran negatif jika pernyataan tentang impotensi diungkap di permukaan. Setiap lelaki pada fase-fase tertentu pasti akan mendapat masalah saat mengalami ereksi. Justru akan menjadi tidak alamiah jika mereka setiap saat bisa mengalami ereksi dengan standar harus berdiri ‘tegak’ laksana menara.
Jadi sekali lagi hadapilah ‘riak-riak’ kecil itu sebagai hal yang alamiah. Sebab tanpa pemahaman diri yang penuh anda malah akan menuai kekecewaan.
Dari sekian kasus, ternyata sebagian besar kasus impotensi disebabkan oleh berbagai penyakit yang menahun alias kronis. Terutama penyakit yang mempengaruhi aliran darah yang menuju ke organ vital pria. Seperti penyakit kencing manis yang tidak mendapat penanganan serius. Penyakit jantung, bahkan tak menutup kemungkinan penyakit kolesterol tinggi karena terlalu sering mengkonsumsi makanan padat lemak.
Sedang faktor psikologis yang mempengaruhi antara lain stress.
Berikut beberapa tindakan antisipasi agar anda terhindar dari problem impotensi :
Kalau bisa hilangkan kebiasaan merokok. Karena hasil riset menunjukkan bahwa pengaruh nikotin dari rokok bisa jadi pemicu terjadinya impotensi pada kaum pria.
Hindari minuman beralkohol. Sebab kadar alkohol yang diteguk pun turut punya andil menuju proses impotensi.
Makanan pun turut berpengaruh, karena semakin banyak makanan berlemak yang dikonsumsi akan mempengaruhi metabolisme tubuh anda.
Pada akhirnya dibutuhkan pemahaman antara suami istri untuk bisa mengatasi masalah impotensi dalam rumah tangga.

 


Pengobatan Impotensi

Walaupun laki-laki mengalami impotensi, asalkan testis tetap berfungsi dengan sempurna, tubuh memiliki cara tersendiri untuk mengeluarkannya, seperti dalam mimpi basah. Ereksi terjadi melalui rangkaian fisiologis dan biokimiawi yang kompleks, melibatkan hormon dan syaraf. Ereksi biasanya dimulai dari rangsangan eksotik, yang menyebabkan melepasnya zat di daerah dinding pembuluh darah penis. Zat tersebut akan merangsang enzim guanilat siklase sehingga meningkatkan kadar siklik guanisin monofosfat (cGMP). Mekanisme ereksi terdiri dari beberapa fase, yaitu :
1. Fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid)
2. Fase pengisian darah
3. Fase pembesaran (tumesensi)
4. Fase tegak (ereksi)
5. Fase tegak dan keras (rigrit)
6. Fase pelemasan kembali (detumensensi)
Ketidaksempurnaan metabolisme tubuh memberi peluang terjadinya komplikasi, seperti gangguan pada pembuluh darah (vaskulopati), gangguan syaraf (neuropati), dan gangguan sel otak (miopati).
Pengobatan Impotensi yang dapat dilakukan meliputi :
1. Perubahan akan gaya hidup
2. Perubahan akan penggunaan obat-obatan
3. Perangkat Vacuum Pump
4. Terapi obat (suntikan, intra-urethral pellets, dan tablet)
5. Pengobatan alami (ginkgo biloba, gingseng)
6. Berkomunikasi dengan pasangan




Seks Rutin Bisa Menjauhkan dari Impotensi

BERBAGAI penelitian menunjukkan betapa banyak faedah yang diperoleh dari aktivitas seksual yang dilakukan secara sehat, rutin, dan benar. Manfaatnya tentu bukan hanya akan dirasakan langsung oleh kaum Adam, tapi juga para wanita.
Khusus bagi pria, kabar baik baru-baru ini disampaikan para ahli Finlandia. Melalui riset yang dimuat jurnal The American Journal of Medicine edisi Juli, mereka mengindikasikan bahwa seks secara rutin memberi manfaat tambahan ,yakni menekan risiko mengalami problem ereksi atau disfungsi ereksi (erectile disfunction/ED).
Adalah Dr Juha Koskimaki, ahli dari Tampere University Hospital’s Department of Urology, yang menyimpulkan hal tersebut setelah melakukan kajian data sekitar 1.000 pria Finlandia berusia 55 hingga 75 tahun.
Penelitian menunjukkan, pria yang mengaku berhubungan seks kurang dari sekali seminggu berisiko dua kali lipat mengalami disfungsi ereksi dibandingkan lelaki yang melakukan seks rutin seminggu sekali.
Di antara pria yang berhubungan seks kurang dari sekali seminggu, tercatat ada 79 kasus disfungsi dari 1.000 pria. Angka tersebut turun menjadi 32 kasus per 1.000 di antara pria yang melakukan seks rutin seminggu sekali, dan terus menurun hingga 16 kasus per 1.000, di antara pria yang melakukan aktivitas seksual tiga kali atau lebih dalam satu minggu.
Ereksi pagi hari
Riset juga mencatat, frekuensi ereksi pada pagi hari tidak ada hubungannya dengan kasus disfungsi yang moderat atau tak parah. Walaupun begitu, perkembangan rata-rata kasus disfungsi yang sangat parah dapat diprediksi dari frekuensi seorang pria mengalami ereksi pada pagi hari.
Di antara pria yang mengalami ereksi pagi kurang dari sekali dalam seminggu, risiko mengalami disfungsi ereksi 2,5 kali lipat lebih besar di banding pria yang mengalami dua atau tiga kali ereksi pagi dalam seminggu.
“Berhubungan intim secara rutin memiliki peran yang penting dalam melanggengkan fungsi ereksi di antara pria lanjut usia, padahal ereksi pagi hari mempengaruhi efek yang sama. Aktivitas seksual yang berkesinambungan dapat menurunkan kasus disfungsi ereksi dalam perbandingan langsung dengan frekuensi berhubungan,” ungkap Koskimaki
Sementara itu, Dr. Hossein Sadeghi-Nejad, associate professor Urologi dari UMDNJ New Jersey Medical School Hackensack University Medical Center menyatakan hasil penelitian ini memiliki basis ilmiah dan sejalan dengan konsep bedah vaskuler.
“Ini sama seperti yang terjadi pada bagian tubuh yang lainnya dengan merujuk pada suatu konsep dalam bedah vaskuler yang disebut ‘use it or lose it’. Aktivitas seksual akan mendukung pemeliharaan fungsi ereksi secara normal ,” ungkap Sadeghi-Nejad.
Ia menambahkan, temuan ini juga berimplikasi pada proses rehabilitasi pasien pascapengobatan kanker prostat.
“Yang sangat diharapkan sekarang ini adalah apa yang dapat dilakukan untuk merehabilitasi pria pengidap problem ereksi setelah menjalani pembedahan kanker prostat atau terapi radiasi. Apapun yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan oksigenasi dalam penis tentu akan membantu pasien kembali normal,” papar Sadeghi-Nejad.
Jadi, jika seseorang terlibat secara alami dalam perilaku yang meningkatkan aliran darah ke penis tentu akan memberi dampak positif dalam mencegah disfungsi ereksi, tambahnya.
Sadeghi-Nejad juga menekankan bahwa penelitian ini hanya ditujukan pada berhubungan intim melalui vagina, dan bukannya masturbasi atau onani.








1 komentar: